Senin, 20 Juli 2009

Gunungku yang indah sedang bersedih


Ketika sore hari tiba, dan aku senang sekali berjalan-jalan sore ke suatu tempat yang berada tidak jauh dari rumahku. Betapa tidak, sepanjang jalan menuju tempat itu yaitu tepian pantai yang lautnya masih indah, yang biasa dikunjungi olehku bila sore hari libur tiba, atau bila masuk bulan ramadhan yang biasanya untuk menghabiskan sore menunggu buka puasa tiba, aku dan kakak atau ayahku akan keliling kota dan akhirnya menuju tepi pasir itu. Biasanya setelah puas memandang laut yang begitu tenangnya, dan bila sudah cukup puas memainkan butiran-butiran pasir di tepiannya, dan bila sudah puas memandang cakrawala yang mulai menguning dan memerah di ufuk jauh di ujung lautan. Aku biasanya akan berdiri takjub memandang cakrawala dengan warna awan yang berganti memerah menyala, pertanda senja mulai datang mengunjungi lautanku yang tenang dan mulai membiru kelam airnya. Indah sekali warna langitku di kala senja tiba, indah sekali pantulan air lautku terkena cahaya jingga. Ah seandainya saja aku bisa berlama-lama duduk disana, tentunya aku akan puas memandang indahnya alam semsesta. Ya Robbi, betapa Agungnya diriMu, betapa besarnya kuasaMU, semua terlihat dialam ciptaanMu ini.

Biasanya ayahku akan mengingatkanku, untuk segera pulang karena kami harus membeli kue-kue untuk penambah hidangan saat kami berbuka puasa nanti. Kalau sudah begitu akupun akan cepat melangkah ke tepian jalan menuju mobil kami dan kamipun bergegas pergi. Sepanjang perjalanan pulang aku melihat gunung yang menghijau di sepanjang jalan menuju rumahku, bukit-bukit batu itu kini sudah mulaui jelek sekali. Bagaimana tidak disana-sini permukaannya sudah penuh dengan lubang. Penduduk di sekitar bukit itu memanfaatkan batu yang dikandungnya untuk dijual. Mereka beramai-ramai menghancurkan dan melubangi bukit-bukit itu, dan jeleknya penambang itu tidaklah mengindahkan aturan yang ada. Seharusnya bukit itu tidaklah boleh sampai dihancurkan sedemikian rupa. Disana-sini terlihat lubang menganga, sungguh sangat menyedihkan melihatnya. Kelihatannya bukit itu tidak lama lagi mungkin beberapa tahun ke depan sudah hilang rata oleh permukaan tanah. Karena kulihat sudah setengah bagian dari bukit itu menghilang dan telah menjadi sama dengan tanah di sekitarnya, bahkan telah dibangun sebagai tempat berjualan bahkan di bangun sebagai rumah tinggal.

Aku dapat membayangkan bila saja hal itu terjadi, tentunya suatu saat banjir air laut tidak mustahil akan terjadi. Bagaimana tidak, bukit hijau yang kokoh berdiri sebagai penghadang air laut untuk menuju pemukiman warga, juga sebagai penahan angin yang sangat besar bila angin laut mulai berhembus ke daratan, sudah mulai rata. Tentu saja air laut dapat dengan mudahnya berjalan-jalan bukan pada tempatnya, mungkin juga lama-lama akan menenggelamkan kota kecil yang ada di dekatnya. Atau angin laut yang terkenal dengan hembusannya yang kuat, tentu akan dengan leluasa memporak porandakan apa yang dilewatinya tanpa adanya halangan dan rintangan lagi.

Sebenarnya bukit dan gunung kecil itu bersedih melihat ulah manusia yang begitu tidak bertanggung jawab merusak alam semesta ini. Gunung kecil iti sebenarnya tidaklah memikirkan akan dirinya yang sakit akibat dihujani palu besi yang selalu menghantam tubuhnya. Belum lagi sesekali tubuh gunung kecil itu hancur luluh, manakala manusia-manusia dengan pongahnya meledakkan tubuhnya demi mencari keuntungan pribadi. Sebenarnya ia hanya bersedih karena memikirkan bagaimana nasib manusia-manusia bumi ini nanti, bila aku si gunung sudah tidak ada lagi.. Bagaimana nasib manusia bumi ini bila sang angin akan leluasa berlari kencang tanpa penghadang lagi.. Bagaimana nasib manusia bumi ini nanti bila air laut merangsak menuju daratan dengan mudahnya tanpa ada yang membuatnya berhenti.. Bagaimana nasib manusia bumi ini nanti bila goncangan datang karena bumi bergoyang, dimana tak ada gunung lagi sebagai pasak dari bumi yang membuatnya tahan untuk goncangan-goncangan lainnya lagi. Bagaimana nasib penduduk bumi ini nanti bila semua manusianya sudah tak perduli lagi dengan alam ini......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar