Jumat, 24 Juli 2009

Tangisan Sawah yang terbuang...


Dahulu..bila pagi atau sore hari berjalan-jalan di sepanjang pematang sawah yang menghampar hijau yang berada tidak jauh dari rumahku dikota yang lumayan tenang. Tetapi itu dahulu, sekarang ini sawah-sawah yang menghampar itu lambat laut mulai menghilang, karena banyak diuruk dengan tanah dan dibuat bangunan-bangunan rumah. Menjadi komplek-komplek perumahan mewah. Tak terdengar lagi suara jangkerik ketika senja mulai tiba, tak dapat lagi aku berlari-lari untuk melihat kupu-kupu yang beterbangan, bahkan tak dapat lagi anak-anak kecil bermain mencari capung yang dahulu begitu banyak beterbangan.

Aku rindu mencari kiambang atau nama kerennya Letucce air, yang biasanya akan kuambil dan kubawa pulang dan kuletakkan di dalam kolam ikan buatanku sendiri. Kiambang itu akan beranak pinak menjadi banyak dan akan menutupi permukaan kolam ikanku yang tidak terlalu besar. Biasanya aku akan memilah kiambang-kiambang yang daunnya sudah sobek atau yang banyak dimakan ulat sehingga menguning dan layu. Kiambang-kiambang itu akarnya akan mengambang di bawah permukaan air. Biasanya merupakan tempat ikanikanku bersembunyi untuk beristirahat. Bahkan sesekali ikan-ikan tersebut memakan lumut-lumut pada akar kiambang tersebut. Disamping itu juga kiambang-kiambang itu membuat kolam ikanku menjadi tampak indah alami. Senang sekali aku melihatnya, sering aku duduk termangu berlama-lama di tepi kolamku yang ukurannya hanya 2,5 m x 1,75 m saja, tapi cukuplah membuat batinku merasa tentram bermain di dekatnya, dengan melihat ikan-ikan murah yang kupelihara, yang dari hanya beberapa ekor saja akhirnya menjadi beranak pinak dan banyak. Anak-anak ikan yang kecil-kecil itu biasanya berenang berbondong-bondong bila kuberi makan, senang sekali melihat ikan-ikan itu berebut melahap makanan yang kulemparkan itu.

Aku juga rindu memetik genjer yang banyak tumbuh di sawah. Genjer adalah sebangsa gulma air yang banyak tumbuh di sawah, tapi di daerahku biasa dimakan sebagai tanaman sayuran. Bahkan genjer walaupun tidak dibudidayakan akan terus tumbuh banyak di sawah. Oleh petani setempat biasanya genjer akan diikat dan dijual di pasar sebagai sayuran dan juga menambah penghasilan petani tersebut dari hasil sawahnya. Genjer ini sungguh banyak diminati masyarakan, kadang bisa dibuat urap, ditumis, atau dibuat bahan untuk pecel (sejenis gado-gado). Ah ternyata sekarang sulit aku menemukannya lagi, karena di daerahku sudah jarang didapati sawah, walaupun ada haruslah ke pinggiran kota yang jaraknya cukup jauh.

Sawah-sawah itu sekarang telah menghilang, menjelma menjadi pemukiman mewah dan padat. Hijauan sawah dan padi yang menguning telah berubah menjadi rumah-rumah beton yang kokoh dan berdiri tegak dan angkuh. Dan tidak boleh setiap orang leluasa memasukinya, karena area perumahan itu menjadi rumah orang-orang berada. Kadang aku ingin melihat kembali tempat bermainku diwaktu kecil dan kucoba untuk memasukinya, ternyata yang bukan penghuni perumahan itu bila masuk harus diperiksa dahulu, ditanya mau ke rumah siapa, no berapa, huh sungguh menjengkelkan sekali. Bila tidak ada yang dituju haruslah meninggalkan ktp sebagai bukti bahwa kita tidak ada maksud jahat disana. Wah membuat bingung aku saja tentunya, karena sangat ingin melihatnya akupun terpaksa meninggalkan ktpku, dengan alasan ingin melihat tempat bermainku di waktu kecil akupun diijinkan masuk. Aku tidak marah pada satpan penjaganya, karena kutahu ia hanyalah menjalankan tugasnya saja dan tidak bermaksud untuk melecehkan aku.

Sawah-sawah itu telah berganti rupa, memang indah perumahan itu, bentuk rumah minimalis yang musim sekarang, seluruh jalan-jalan ditutupi dengan conblok sehingga tidak ada lagi suasana sawah yang becek dan berlumpur itu. Memang ada juga taman-taman dibuat di dalamnya, tapi tidaklah sepadan. Tempat resap air kini telah berkurang akibat pengerasan sawah menjadi perumahan. Angin sepoi-sepoi yang dahulu berhembus menyejukkan kini telah berganti dengan suana angin yang panas dan menambah keringat kita bercucuran lebih banyak. Semua ini demi keuntungan beberapa gelintir orang yang tidak mengindahkan pembangunan yang berlandaskan lingkungan yang sehat. Sawah-sawah tersebut hanya bisa menangis karena mereka tak bisa berdemo tajam di depan semua orang. Tak ada yang mendengarkan jeritan sawah-sawah yang hanya merintih ketika tempat hidupnya diambil orang...